Kamis, 08 Maret 2012

Menyikapi kenaikan BBM

Ah, sekali-kali ngomongin BBM ye? Yg katanya bentar lagi mo naik. Naik kemana? Naik ke surga kali.....

<!--more-->

Bentar lg harga bbm akan naik, ada yg pro dan kontra (ah biasa). Nah disini aku berdiri sebagai seseorang yg gak ngerti masalah perminyakan, hanya ngerti harga.
Kenaikan bbm dunia memang sudah tidak bisa dihindarkan, ada berbagai alasan bbm dunia. Nah, karena kita tidak mampu mencukupi kebutuhan bbm dalam negeri, maka ya harus impor. Nah jika harga subsidi awal 4500 dg harga pasaran (katakanlah) 7000, berarti pemerintah mensubsidi sebesar 2500 per liter, itu kalo harganya 'masih' 7000. Coba kalo harganya menyentuh angka 8000, otomatis jumlah subsidi naik jadi 3500 per liter. Itu pun kalo gak naik lg... Kalo naik lg, bisa dipastikan jebol keuangan negara. Yo po yo? Nah, maka menaikan harga bbm bersubsidi mutlak diberlakukan, baik harga flat jadi 6000/5500 dg subsidi naik turun berdasar harga pasar atau subsidi flat 2000 dg harga bbm berubah tiap ada kenaikan (mirip pertamax).
Masalahnya, jika harga bbm flat, maka tiap beberapa tahun ada opsi menaikan atau menurunkan harga bbm (koreksi harga) plus demo pastinya, tetapi rakyat bisa siap. Dan bila subsidinya yg flat dan harga berdasar harga pasar, otomatis subsidi tetap dan tak ada demo jadi bila harga pasar 7000-2000=5000 jika naik 8000-2000=6000. Jadi neraca keuangan stabil, tapi rakyat akan kalang kabut, kenapa? Kan kalo harga sembako disini mudah naik sulit turun.
Jika harga tak dinaikan, ya yg jebol keuangan negara, tapi tetep aja harus ada dispensasi buat rakyat kecil. Gak harus pake blt kok, bisa dg mensubsidi kesehatan, mensubsidi pupuk, subsidi bbm khusus nelayan dan kendaraan umum, jadi sembako relatif stabil. Kira-kira gt... Ada yg mau nambahin?

Tidak ada komentar: